Pengertian Wewenang, Kekuasaan dan Pengaruh
Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu.
source
Kekuasaan
Menurut Weber : kemungkinan dimana seseorang di dalam hubungan sosialnya
mempunyai posisi untuk melakukan keinginannya tanpa perlawanan
Menurut Buckley : kendali atau pengaruh atas perilaku orang lain untuk mendukung
pandangan seseorang tanpa sepengetahuan mereka, bertentangan dengan
keinginan atau pemahaman mereka
Menurut Kipnis : interaksi antara dua pihak, pemegang kekuasaan dan target
person, dimana perilaku tadi diarahkan oleh pemegang kekuasaan
source
Pengaruh
Menurut Scott dan Mitchell pengaruh merupakan suatu transaksi social dimana seorang atau kelompok orang digerakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang lainnya untuk melakukan kegiatan sesuai dengan harapan.
source
Struktur Lini dan Staff
1. Lini
Suatu bentuk organisasi dimana kepala eksekutif (chief executive) dipandang sebagai sumber wewenang tunggal, segala keputusan/kebijakan dan tanggung jawab ada pada satu tangan
Sifat/ciri-ciri :
1. Organisasi kecil,
2. Jumlah pegawai sedikit,
3. Pemilik biasanya menjadi pemimpin tertinggi dalam organisasi,
4. Hubungan kerja bersifat langsung (face to face relationship),
5. Spesialisasi yang dibutuhkan rendah,
6. Anggota organisasi saling kenal mengenal,
7. Tujuan sederhana,
8. Alat-alat sederhana,
9. Struktur organisasi sederhana,
10. Produksi yang dihasilkan belum beraneka ragam,
11. Pimpinan organisasi seorang tunggal,
12. Garis komando ke bawah kuat,
2. Organisasi staf (staff organisazition)
Adalah suatu organisasi yang mempunyai hubungan dengan pucuk pimpinan dan mempunyai fungsi memberikan bantuan, baik berupa pemikiran maupun bantuan yang lain demi kelancaran tugas pimpinan dalam mencapai tujuan secara keseluruhan (tidak mempunyai garis komando ke bawah/ke daerah-daerah). Staf yaitu orang yang ahli dalam bidang tertentu yany tugasnya memberi nasehat dan saran dalam bidang kepada pemimpin dalam organisasi.
Ciri-ciri organisasi lini dan staf:
a. Organisasi besar dan kompleks
b. Jumlah karyawannya banyak
c. Hubungan kerja yang bersifat langsung tidak mungkin lagi bagi seluruh anggota organisasi
d. Terdapat dua kelompok besar manusia di dalam organisasi: 1) Line Personal; 2) staff personal yang melaksanakan fungsi-fungsi staf (staff function)
e. Spesialisasi yang beranekaragam diperlukan dan dipergunakan secara
maksimal
3. Organisasi fungsional (fuctional organization)
Organisasi Fungsional adalah organisasi yang susunannya berdasarkan atas fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi tersebut, misalnya fungsi produksi, keuangan, administrasi dn lain-lain. Dalam organisasi ini seorang tenaga pengajar tidak hanya bertanggung jawab kepada satu atasa saja. Pada organisasi ini pemimpin berhak memerintahkan semua para tenaga pengajar/para karyawannya, selama masih dalam hubungan pekerjaan.
Sifat/ciri-ciri :
Ciri-ciri organisasi fungsional adalah sebagai berikut :
1. Organisasi kecil
2. Di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kerja staff ahli
3. Spesialisasi dalam pelaksanaan tugas
4. Target yang hendak dicapai jelas dan pasti
5. Pengawasan dilakukan secara ketat
6. Tidak menjamin adanya kesatuan perintah
7. Hemat waktu karena mengerjakan pekerjaan yang sama.
source
Wewenang Lini, Staff dan Fungsional
Wewenang lini,
adalah wewenang dimana atasan melakukannya atas bawahannya langsung. Yaitu
atasan langsung memberi wewenang kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang
perintah dan tercermin sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan
melalui tingkatan organisasi.
Wewenang staf,
adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk
menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia ini.
Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh orang yang duduk sebagai taf yaitu dengan
menganalisa melalui metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau
dengan menggabungkan ketiganya. Baishline mengajukan enam pokok kualifikasi
yang harus dipengaruhi oleh seorang staf yaitu :
1. Pengetahuan yang luas tempat diamana dia bekerja
2. Punya sifat kesetiaan tenaga yang besar, kesehatan yang
baik, inisiatif, pertimbangan yang baik dan kepandaian yang ramah.
3. Punya semangat kerja sama yang ramah
4. Kestabilan emosi dan tingkat laku yang sopan.
5. Kesederhanaan
6. Kemauan baik dan optimis
Kualifikasi utama yaitu memiliki keahlian pada bidangnya dan
punya loyalitas yang tinggi. Konsekkuensi organisasi yang menggunakan staf
yaitu menambah biaya
administrasi struktur orgasisasi menjadi komplek dan
kekuasaan, tanggung jawab serta akuntabilitas. yaitu memiliki keahlian pada
bidangnya dan punya loyalitas yang tinggi. Wewenang staf Yaitu hak para staf
atau spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi konsultasi pada
personalia yang tinggi, Hal yang perlu diperintahkan dalam mendelegasikan suatu
kegiatan kepada orang yang ditujuk yaitu:
1. Menetapkan dan
memberikan tujuan serta kegiatan yang akan dilakukan
2. Melimpahkan
sebagian wewenangnya kepada orang yang di tunjuk
3. Orang yang
ditunjuk mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan agar
tercapainya tujuan.
4. Menerima hasil
pertanggung jawaban bawahan atas kegiatan yang dilimpahkan.
Chester Bamard mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima
komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi:
Memahami
komunikasi tersebut
tidak menyimpang
dari tujuan organisasi
tidak bertentangan
dengan kepeningan pribadi
Mampu secara
mental dan fisik untuk mengikutinya
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati
oleh bawahan maka diperlukan adannya.
Kekuasaan (
power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi
individu, kelompok, keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi 2
yaitu:
Kekuasaan
posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
Kekuasaan pribadi
( personal power ) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa
besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
Tanggung jawab
dan akuntabilitas tanggung jawab ( responsibility) yaitu kewajiban untuk
melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari
atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan
tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan
bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang
akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan
yang akan diambil.
Pengaruh (
influence ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk
melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi.
Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan
informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.
Delegasi Wewenang
Yang penting disadari adalah di saat kita mendelegasikan wewenang kita memberikan otoritas pada orang lain, namun kita sebenarnya tidak kehilangan otoritas orisinilnya. Ini yang sering dikhawatirkan oleh banyak orang. Mereka takut bila mereka melakukan delegasi, mereka kehilangan wewenang, padahal tidak, karena tanggung jawab tetap berada pada sang atasan. Berikut ada tips bagaimana mengusahakan agar para atasan mau mendelegasikan wewenang
source
Sentralisasi Versus Desentralisasi
Berdasarkan pemikiran di atas, maka kedepan Indonesia harus
melakukan relokasi kekuasaan dari negara ke unit-unit pemerintahan yang lebih
kecil, karena itu sudah merupakan kehendak jaman. Model sentralistis yang
selama diprektekkan oleh pemerintah tidak dapat lagi dipertahankan.
Alasan-alasannya antara lain:
Kelemahan utama konsep sentralistis adalah karena sangat
kaku (rigit) sehingga sulit berartikulasi secara optimal terhadap dinamika
lingkungan. Konsep sentralisasi sulit mengelola berbagai sumberdaya lokal yang
sangat beragan dan bervariasi, karena konsep ini tidak memiliki instrumen yang
peka terhadap kemajemukan (diversity). Pendekatan pemerintahan dilakukan
dengana asumsi homogenitas wilayah, sehingga akan menimbulkan kesenjangan dalam
berbagai bidang atau aspek (antar wilayah, antar lapisan dan natar golongan
masyarakat).
Kebijaksanaan sentralistis secara langsung maupun
tidaklangsung telah membatasi kreativitas sumberdaya pembangunn. Masalah yang
dihadapi saat ini adalah bagaimana menemukan dan merumuskan format yang tepat
atau optimaldari relokasi kewenangan tersebut. Pada satu sisi, sentralisasi
mampu menawarkan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahanm. Tetapi pada
sisi yang lain relokasi kewenangan yang dijabarkan dalam bentukkewenangan politik
dan administrasi di samping akan menjawab berbgai kelemahan model sentralistik,
juga memiliki kelemahan yang intensitasnya sangat tergantung kepada kemampuan
penegelolaan kemajemukan yang ada. Konsep atau model yang keliru jelas tidak
mampu menghasilkan sinergi dari berbagai komponen wilayah dan bangsa, tetapi
justru akan mendorong timbulnya perpecahan atau disintegrasi bangsa.
Ketidakmampuan merumuskan model relokasi kewenangan dimaksud mungkin merupakan
jawaban mengapa sejak diundangkannya UU No.5/1974 tentang Pokok Pokok
Pemerintahan di Daerah, tidak pernah diikuti oleh penyusunan PP atau Peraturan
Pememerintah yang mengatur berbagai pasal dalam UU tersebut. Model dan Proses
Desentralisasi. Relokasi kewenangan yang diwujudkan dalam bentuk pemberian otonomi
yang seluas-luasnya kepada daerah (relokasi/desentralisasi kewenangan politik
dan kewenangan administrasi) merupakan wujud sistem manajemen pemerintahan yang
sangat kondusif terhadap pengembangan dan peningkatan kualitas Kemandirian
Lokal.
Model otonomi yang diamanahkan dalam UU No.22/1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang meletakkan otonomi pada Daerah Tingkat II (Kabupaten
dan Kotamadya) merupakan alternatip sesungguhnya adalah alternatip yang terbaik
dibandingkan dengan berbagai model otonomi yang lainnya, mengingat model ini
lebih mendekatkan birokrasi pemerintahan dengan masyarakatnya, dan yang disebut
sebagai masyarakat lokal hanya ada di desa dan kabupaten. Model otonomi pada
Tingkat II akan memudahkan proses penyaluran aspirasi masyarakat secara lebih
luas dan cepat dan dengan demikian pemberdayaan dengan jalan partisipasi dapat
dengan mudah dilakukan yang pada gilirannya proses demokratisasi sebagaimana
hrapan reformasi dapat diwujudkan. Namun persoalannya sekarang, masih banyak
daerah, terutama para perangkat pemerintahan belum sepenuhnya memahami konsep
dasar otonomi tersebut. Mereka lebih menekankannya pada sasaran penguasaan dan
pemilikan aset dan sumberdaya, sehingga dengan mudah menimbulkan pertentangan
antar wilayah atau antardaerah. Maka dalam kaitan ini otonomi daerah masih
sangat membutuhkan peranan Tingkat I sebagai kordinator, pengawas, dan pengarah
kegiatan pelaksanaan otonomi tersebut .Kelemahan sekaligus kekuatan UU No.22/99
terletak pada banyak Peraturan Pemerintah yang perlu disusun dalam upaya
implementasi amanah UU tersebut. Kualitas semangat reformasi dari penyelenggara
negara akan menentukan apakah hal tersebut akan menjadi kekuatan atau
kelemahan, karena penjabaran dari berbagai pasal kedalam Peraturan Pemerintah
akanmenentukan format sebenarnya dari model otonomi tersebut.
Dalam merumuskan beberapa Peraturan Pemerintah agar format
otonomi daerah menjadi lebih relevan maka, bebrapa hal perlu mendapat
pertimbangan, yakni: Kualitas Teknostruktur DaerahPengalaman pemerintahan dan pengelolaan
pembangunan yang dimiliki oleh sebahagian besar aparat pemerintah di daerah
dapat dikatakan sangat minim dan kemungkinan besar tidak mampu melaksanakan
otonomi dalam arti yang sebenarnya. Model Petunjuk Pelaksanaan yang
dipraktekkan selama Orde Baru telah menjadi budaya sehingga mematikan prakarsa
dan kreativitas masyarakat. Demikian pula halnya dengan Kelembagaan masyarakat
yang selama masa Orde Baru telah dimandulkan secara sistematis sehingga saat
ini tidak ampu lagi melahirkan hasil yang dibutuhkan bagi peningkatan
kemandirian wilayah atau daerah.
Di samping itu kemampuan menemukan cara pengelolaan
sumberdaya lokal relatif sangat rendah, sehingga akan menghambat pelaksanaan
otonomi apabila tidak memiliki sumberdaya yang memadai. Berdasarkan hasisl
kesilapan daerah yang disebutkan di atas, dikhawatirkan timbulnya usul
pelaksanaan otonomi daerah menjadi tertunda. Perlu dikemukakan bahwa terdapat
kecurigaan di klangan masyarakat bahwa otonomi daerah sebagimana yang tercantum
dalam UU No. 22/1999 hanyalah merupakan upaya Pemerintah Nasional untuk
mengulur waktu, karena memang tidak sepenuhnya berniat untuk menyelenggarakan
Otonomi Daerah.Hal ini juga dipandang sebagai upaya untuk mempertahankan status
quo pola pemerintahan sentralistik yang menghambat terciptanya iklim demokrasi
serta upaya untuk menghambat transparansi penyelenggaraan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Bilamana akumulasi masalah tersebut tidak diantisipasi sedini
mungkin dalam model Otonomi Daerah, maka akan bermuara pada konflik politik
yang berkempanjangan karena dianggap tidak sejalan dengan reformasi.
Mengacu pada hal-hal yang dikemukakan di atas, dan dengan
mempertimbangkan bahwa penyusunan UU No. 22/1999 telah mengorbankan sumberdaya
yang cukup besar, maka substansi undang-undang tersebut tetap dipertahankan,
namun perlu melakukan beberapa penyesuaian di mana istilah daerah yang ada
dalam undang-undang tersebut diganti dari kabupaten atau Kotamadya menjadi
Propinsi. Dengan kata lain, titik berat pelaksanaan otonomi daerah diletakkan
pada daerah tingkat I atau provinsi. Apabila pada saatnya suatu kabupaten atau
gabungan beberapa kabupaten tersebut dapat saja ditingkatkan statusnya menjadi
daerah otonom baru yang terlepas sama sekali dengan bekas Provinsi induknya.
Jika disimak akan terlihatbahwa implementasi model ini akan bermuara pada
terbentuknya beberapa puluh daerah otonom, sesuai dengan yang dimaksud dalam UU
No.22/99, walaupun dengan menempuh proses yang berbeda. Tetapi perlu
digarisbawahi bahwa model implementasi ini lebih realistic, khususnya bila
dilihat dari sisi kemampuan kebanyakana provinsi untuk berotonomi. Implementasi
model ini setidaknya akan menghapus kecurigaan terhadap kemungkinan adanya
keengganan Pemerintah Nasional untuk nmenyelenggarakan otonomi. Di samping itu,
peross pembentukan daerah otonom baru akan dapat berjalan dengan baik karena
adanya Pemerintah Pusat yang memiliki kewenangan dan kemampuan ntuk mengarahkan
provinsi untukmelaksanakanpemekaran yang dimaksud.Disadri adanya kehawatiran
bahwa potensi disintegrasi bangsa akan semakin menguat pada masa otonomi
Propinsi diterapkan, Hal ini sebenarnya tidak beralasan mengingat berbagai
pertimbangan, misalnya: Secara empiris prima causa disinetgarsi suatubangsa
tidak terkait langsung dengan sistem pemerintahan yang dianut, tetapi lebih
terkait dengan ketidakadilan. Bubarnya Uni Sovyet, perang yang berkepanjangan
di negara-negara Balkan, dan pemisahan diri Bangladesh dari P akistan merupakan
bukti dari hal tersebut.Pola karakter kehidupan politik nasional tidak banyak
lagi diwarnai oleh politik aliran sebagaimana yang terjadi pada tahun 1950-an,
tetapi oleh kepentingan riil, terutama ke konomi.Sentimen ideolog, baik pada
tingkat nasional maupun global, tidak lagi mewarnai percaturan politik global.
Bahkan terjadi kecenderungan sebaliknya, yaitu integrasi ekonomi regional
seperti di Eropa dan Amerika Latin, Afrika, dan berbagai belahan dunia lainnya
yang bermuara pada sinergi kekuatan ekonomi regional atas dasar daya
saing.Perekembangan manajemen kenegaraan moderen yang lebih mengarah kepada
pendekatan kesejahteraan masyarakat luas dan post-modernism.
Personalia
Manajemen
personalia adalah manajemen yang mengkhususkan diri dalam bidang
personalia atau dalam kepegawaiaan. Oleh karena itu lah manajemen
personalia dapat didefenisikan sebagai berikut: Manajemen personalia
adalah suatu ilmu dan seni untuk melaksanakan antara lain planning,
organizing dn kontroling sehingga efektivitas dan efisiensi personalia
dapat ditingkat kan
semakasimal mungkin. Memang hrus kita ketahui bahwa sukses tidaknya
suatu perusahaan /instansi tidak hanya tergantung dari kegiatan dalam
bidang personalia , meskipun demikian peranan manajemen personalia cukup
besar andilnya terhadap sukses tidaknya.
Manajemen personalia telah dilaksanakan sejak dulu oleh nenek moyang kita , hal ini ternyata dengan adanya bangunan seperti Borobudur,
Piramid di Mesir dan sebagainya. Meskipun demikian karena situasi dan
kondisi berubah serta kebutuhan yang mendesak, maka sejak abad ke-20
manajemen personalia mulai dekembangkan dan diusahakan untuk diterapkan.
Untuk
dapat mengembangkan manajemen personalia maka kita harus sadar bahwa
manusia bukanlah benda mati sebab manusia mempunyai perasaan, mereka
dapat gembira dan sakit hati , mereka dapat senan dan susah , mereka
bukan hanya memerlukan kebutuhan materi tetapi juga mereka juga sering
mengharapkan penghargaan dan pengakuaan .
Oleh
karena demikiaan banyak factor yang merupakan asfek dalam kehidupan
manusia dalam hubungannya antara satu dengan yang lain, maka untuk
mengembangkannya perlu pengetahuaan tentang fsikologi, hubungan tentang
manusia agama,adat-istiadat dan sebagainya. Memang
harus kita akui bahwa makin kecil suatu perusahaan, maka makin kecillah
peranan menajemen personalia. Sebaliknya dengan makin besarnya suatu
perusahaan maka makin besarlah peranan manajemen personalia disini. Hal
ini dapat kita mengerti, sebab makin besar suatu perusahaan maka
kecendrungan makin besarlah jumlah personalianya. Dan ini berarti makin
dibutuhkan administrasi yang lebih baik, pengurusan yang lebih baik,
kebijakan-kebijakan yang lebih baik dan sebagainya. Ini disebabkan
karena makin besarnya jumlah personalia, bukan hanya makin besar jumlah
yang harus diurus tetapi kecendrungan makin kompleks persoalan yang
harus dihadapi.
Tugas-tugas manajemen personalia adalah mencakup:
- Menetapkan analisa jabatan
- Menarik karyawan
- Seleksi
- Melatih
- Menempatkannya
- Memberikan kompensasi yang adil dan merata
- Memotivasi karyawan
Proses Penyusunan Personalia
Proses penyusunan personalia adalah serangkaain kegiatan
yang dijalankan secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan personalia
organisasi dengan SDM, posisi, dan waktu yang tepat. Proses ini dilaksanakan
dalam dua lingkungan yang berbeda yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan
internal. Unsur – unsurnya terdapat dalam organisasi. Langkah – langkah proses
ini mencakup:
1.Perencanaan sumber daya manusia : dirancang untuk memenuhi
kebutuhan personalia organisasi.
2.Penarikan : berhubungan dengan pengadaaan calon – calon
yang sesuai dengan rencana sumber daya manusia.
3.Seleksi : penilaian dan pemilihan para calon personalia.
4.Pengenalan dan orientasi : dirancang untuk membantu para
calon yang terpilih dapat menyesuaikan diri.
5.Latihan dan pengembangan : bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan individu dan kelompok demi efektivitas organisasi.
6.Penilaian pelaksanaan kerja : membandingkan pelaksanaan
kerja perseorangan dan tujuan – tujuan yang dikembangkan untuk posisi tersebut.
7.Pemberian balas jasa dan penghargaan : digunakan sebagai
kompensasi pelaksanaan kerja dan motivasi untuk pekerjaan
selanjutnya.8.Perencanaan dan Pengembangan karir : mencakup promosi, demosi,
penugasan kembali, pemecatan, dan pensiun.
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya
fisik yang dimiliki individu, perilaku dan sifatnya ditentukan oleh
keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh
keinginan untuk memenuhi kepuasannya.
Andrew E. Sikula (1981;145) mengemukakan bahwa:
“Perencanaan sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya berinteraksi dengan rencana organisasi”.
George Milkovich dan Paul C. Nystrom (Dale Yoder, 1981:173) mendefinisikan bahwa:
“Perencanaan tenaga kerja adalah proses peramalan, pengembangan, pengimplementasian dan pengontrolan yang menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai secara benar, waktu yang tepat, yang secara otomatis lebih bermanfaat”.
Andrew E. Sikula (1981;145) mengemukakan bahwa:
“Perencanaan sumber daya manusia atau perencanaan tenaga kerja didefinisikan sebagai proses menentukan kebutuhan tenaga kerja dan berarti mempertemukan kebutuhan tersebut agar pelaksanaannya berinteraksi dengan rencana organisasi”.
George Milkovich dan Paul C. Nystrom (Dale Yoder, 1981:173) mendefinisikan bahwa:
“Perencanaan tenaga kerja adalah proses peramalan, pengembangan, pengimplementasian dan pengontrolan yang menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai secara benar, waktu yang tepat, yang secara otomatis lebih bermanfaat”.
Penarikan dan Seleksi Karyawan
seleksi karayawa adalah suatu proses untuk menentukan orang yang di
ramal akan menempati suatu posisi jabatan yang di tawarkan suatu
perusahaan.
Secara umum ada 3 tujuan seleksi:
1.Untuk mengetahui kecakapan seorang pegawai.
2.Berusaha untuk mendapatkan tenaga kerja yang cocok dengan pekerjaan yang dipangkunya.
3.Berusaha untuk mendapatkan tenaga kerja tidak hanya yang cock pada saat sekarang tetapi tenaga kerja yang memiliki potensi untuk di kembangan di kemudian hari.
Proses seleksi
Proses seleksi di mulai salah semua lamaran memenuhi syarat dan di terima. Proses ini melibatkan serangkaian tahap yang menambah komplektivitas sebelum pegawai di ambil. Jadi proses seleksi adalah Serangkaian kegiatan yang di gunakan untuk memutuskan apakah pelamar di terima atau tidak. Langkah-langkah ini mencakup pemanduan kebutuhan pelamar dan organisasi. Dalam banyaknya personalia penarikan dari seleksi di gabungkan dan disebut dengan istilah Employedment pansel.
Proses seleksi adalah: Pusat manajemen kepegawaian dan requitment dilakukan untuk membantu proses seleksi ini. Bila seleksi diadakan tidak tepat maka daya upaya sebelumnya akan sia-sia saja oleh karena itu tidaklah berlebihan bila di nyatajkan bahwa seleksi adalah kunci sukses manajeme kepegawaian.
Secara umum ada 3 tujuan seleksi:
1.Untuk mengetahui kecakapan seorang pegawai.
2.Berusaha untuk mendapatkan tenaga kerja yang cocok dengan pekerjaan yang dipangkunya.
3.Berusaha untuk mendapatkan tenaga kerja tidak hanya yang cock pada saat sekarang tetapi tenaga kerja yang memiliki potensi untuk di kembangan di kemudian hari.
Proses seleksi
Proses seleksi di mulai salah semua lamaran memenuhi syarat dan di terima. Proses ini melibatkan serangkaian tahap yang menambah komplektivitas sebelum pegawai di ambil. Jadi proses seleksi adalah Serangkaian kegiatan yang di gunakan untuk memutuskan apakah pelamar di terima atau tidak. Langkah-langkah ini mencakup pemanduan kebutuhan pelamar dan organisasi. Dalam banyaknya personalia penarikan dari seleksi di gabungkan dan disebut dengan istilah Employedment pansel.
Proses seleksi adalah: Pusat manajemen kepegawaian dan requitment dilakukan untuk membantu proses seleksi ini. Bila seleksi diadakan tidak tepat maka daya upaya sebelumnya akan sia-sia saja oleh karena itu tidaklah berlebihan bila di nyatajkan bahwa seleksi adalah kunci sukses manajeme kepegawaian.
Latihan dan Pengembangan Karyawan
Para karyawan baru biasanya telah mempunyai kecakapan dan ketrampilan
dasar yang dibutuhkan.Mereka adalah produk dari suatu system pendidikan
dan mempunyai pengalaman yang diperoleh dari organisasi lain.Bahkan para
karyawan yang sudah berpengalaman pun perlu belajar dan menyesuaikan
dengan organisasi orang-orangnya,kebijaksanaanya,dan
prosedur-prosedurnnya.Meskipun program orientasi serta latihan
pengembangan memakan waktu dan dana,hampir semua organisasi
melaksanakanya,dan menyebut biaya-biaya untuk berbagi program
tersebutsebagai investasi SDM.
Ada dua tujuan utama program latihan dan pengembangan karyawan.Pertama,latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup “gap”antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan.kedua,program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisien dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran krrja yang telah ditetapkan.meskipun usaha-usaha ini memakan waktu dan mahal,akan tetapi mengurangi tenaga kerja dan membuat karyawan menjadi produktif.dan membantu mereka dalam menghindarkan diri dari keusangan dan melaksanakan pekerjaan lebih baik.
Pengertian latihan dan pengembangan adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memprbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Latihan menyiapkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan –pekerjaan sekarang. Bila manajemen ingin menyiapkan para karyawan untuk memegang tanggung jawab pekerjaan diwaktu yang akan datang, kegiatan ini disebut pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan (development) mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuaan, sikap daan sifat-sifat kepribadiaan. Kegiatan latihan daan pengembangan biasanyaa menjadi tanggung jawab department personalia.
Ada dua tujuan utama program latihan dan pengembangan karyawan.Pertama,latihan dan pengembangan dilakukan untuk menutup “gap”antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan.kedua,program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisien dan efektivitas kerja karyawan dalam mencapai sasaran krrja yang telah ditetapkan.meskipun usaha-usaha ini memakan waktu dan mahal,akan tetapi mengurangi tenaga kerja dan membuat karyawan menjadi produktif.dan membantu mereka dalam menghindarkan diri dari keusangan dan melaksanakan pekerjaan lebih baik.
Pengertian latihan dan pengembangan adalah berbeda. Latihan (training) dimaksudkan untuk memprbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Latihan menyiapkan para karyawan untuk melakukan pekerjaan –pekerjaan sekarang. Bila manajemen ingin menyiapkan para karyawan untuk memegang tanggung jawab pekerjaan diwaktu yang akan datang, kegiatan ini disebut pengembangan sumber daya manusia. Pengembangan (development) mempunyai ruang lingkup lebih luas dalam upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuaan, sikap daan sifat-sifat kepribadiaan. Kegiatan latihan daan pengembangan biasanyaa menjadi tanggung jawab department personalia.
Pemberian Kompensasi Kepada karyawan
Kompensasi sendiri memiliki pengertian sebagai balas jasa yang
diberikan oleh suatu perusahaan. Bagi suatu perusahaan, kompensasi
punya arti penting karena pemberian kompensasi merupakan upaya dalam
mempertahankan dan mensejahterakan karyawannya.
Lalu, apakah tujuan diberikannya kompensasi ?Menurut Maryoto (1994), tujuan kompensasi adalah :
- Pemenuhan kebutuhan ekonomi karyawan atau sebagai jaminan economic security bagi karyawan
- Mendorong agar karyawan lebih baik dan lebih giat
- Menunjukkan bahwa perusahaan mengalami kemajuan
- Menunjukkan penghargaan dan perlakuan adil perusahaan terhadap karyawannya (adanya keseimbangan antara input yang diberikan karyawan terhadap perusahaan dan output atau besarnya imbalan yang diberikan perusahaan kepada karyawan)
Pertama, Harga atau Nilai Pekerjaan yakni :
- Melakukan analisis jabatan atau pekerjaan. Berdasarkan analisis tersebut maka akan didapat informasi yang berkaitan dengan jenis keahlian yang dibutuhkan, tingkat kompleksitas pekerjaan, resiko pekerjaan dan sebagainya. Dari informasi tersebut maka dapat ditentukan harga dari pekeerjaan tersebut.
- Melakukan survei “harga” pekerjaan sejenis pada perusahaan lain yakni harga pekerjaan dari beberapa perusahaan menjadi patokan harga dalam menentukan harga pekerjaan sekaligus sebagai ukuran kelayakan dalam pemberian kompensasi.
- Sistem prestasi yaitu upah atau gaji menurut prestasi kerja yang disebut juga dengan upah sistem hasil. Dalam sistem ini, sedikit banyaknya upah yang diterima tergantung pada sedikit banyaknya hasil yang dicapai karyawan dalam waktu tertentu.
- Sistem waktu yaitu besarnya kompensasi dihitung berdasarkan standar waktu seperti jam, hari, minggu hingga bulan. Besarnya upah ditentukan oleh lamanya karyawan menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Sebagai upaya balas jasa yang dilakukan perusahaan terhadap karyawannya, selain upah atau gaji tetap yang diterima, seorang karyawan juga akan menerima jenis-jenis kompensasi yang lain, diantarannya :
- Pengupahan insentif yaitu memberikan upah atau gaji berdasarkan perbedaan prestasi kerja sehingga bukan tidak mungkin dua orang yang punya jabatan yang sama akan menerima upah yang berbeda karena prestasi dalam bekerja yang berbeda, walaupun keduanya memiliki gaji pokok yang sama.
- Kompensasi pelengkap atau fringe benefit yaitu salah satu bentuk pemberian kompensasi berupa program-program pelayanan karyawan dengan tujuan agar mampu mempertahankan karyawan tersebut dalam jangka panjang. Misalnya saja, tunjangan pensiun, pesangon, asuransi kecelakaan kerja dan sebagainya.
- Keamanan dan kesehatan karyawan yaitu merupakan balas jasa peusahaan dalam bentuk non finansial. Makin baik kondisi keamanan dan kesehatan, maka makin positif sumbangan karyawan tersebut bagi perusahaan.
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi.Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
source
Pendekatan-pendekatan studi Kepemimpinan
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan pertama bahwa kepemimpinan itu tumbuh dari bakat, kedua kepemimpinan tumbuh dari perilaku. Kedua pendekatan diatas berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok ( organisasi ) apapun yang ia masuki. Pendekatan yang ketiga bersandar pada pandangan situasi ( situasionar perspective ) pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas pemimpin. Efektifitas pemimpin bervareasi menurut situasi tugas yang harus diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan lingkungan organisasi dan pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan pendekatan kontingensi yang menentukan efektifitas situasi gaya pemimpin.
source
Pendekatan sifat-sifat Kepemimpinan
Kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan tentang aspek kepemimpinan yaitu para teoritis kesifatan. Bahwa pemimpin mempunyai sifat dan cirri tertentu.
Untuk mengenali karakteristik atau ciri pribadi dari para pemimpin, para psikolog mengadakan penelitian. Mereka berpandangan bahwa pemimpin ini dilahirkan bukan dibuat. Secara alamiah bahwa orang yang mempunyai sifat kepemimpinan adalah orang yang lebih agresif. Lebih tegas, dan lebih pandai berbicara dengan orang lain serta lebih mampu dan cepat mengambil keputusan yang akurat. Pandangan ini mempunyai implikasi bahwa jika ciri kepemimpinan dapat dikenali. Maka organisasi akan jauh lebih canggih dalam memilih pemimpin. Hanya orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan sajalah yang akan menjadi manajer, pejabat dan kedudukan lainnya yang tinggi.
Ukuran dalam pencarian ciri kepemimpinan menggunakan dua pendekatan 1) membandingkan bawahan dengan pemimpin 2) membandingkan ciri pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif.
source
Pendekatan Perilaku Kepemimpinan
1. Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Perilaku pemimpin mempunyai dua aspek yaitu fungsi
kepemimpinan (style leadership). Aspek yang pertama yaitu fungsi-fungsi
kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam
kelompoknya. Agar berjalan efektif, seseorang harus melakukan dua fungsi utama
yaitu : 1) fungsi yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan 2) fungsi-fungsi
pemeliharaan (pemecahan masalah sosial). Pada fungsi yang pertama meliputi
pemberian saran pemesahan dan menawarkan informasi dan pendapat. Sedangkan pada
fungsi pemeliharaan kelompok meliputi menyetujui atau memuji orang lain dalam
kelompok atau membantu kelompok beroperasi lebih lancar.
2. Gaya-gaya Kepemimpinan
Pada pendekatan yang kedua memusatkan perhatian pada gaya
kepemimpinan. Gaya kepemimpinan meliputi 1) Gaya dengan orientasi tugas dan 1)
Gaya berorientasi dengan karyawan. Pada gaya yang pertama pemimpin mengarahkan
dan mengawasi melalui tugas-tugas yang diberikan kepada bawahannya secara
tertutup, pada gaya ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada
pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Sedangkan gaya yang berorientasi pada
karyawan lebih memperhatikan motivasi daripada mengawasi, disini karyawan
diajak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan melalui tugas-tugas yang
diberikan.
source
Perubahan dan Pengembangan Organisasi
Manajer senantiasa harus mengintisipasi perubahan dalam lingkungan yang akan mensyaratkan penyesuaian – penyesuaian disain organisasi di waktu yang akan datang. Perubahan-perubahan dalam lingkungan organisasi dapat di sebabkan oleh kekuatan internal dan kekuatan eksternal. Berbagai kekuatan eksternal dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan operasinya.
source
Kekuatan-kekuatan Penyebab Perubahan
Perubahan-perubahan dalam lingkungan organisasi dapat
disebabkan oleh kekuatan internal dan kekuatan eksternal. Berbagai kekuatan
eksternal dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan
operasinya. Sedangkan perubahan dari faktor internal seperti tujuan, kebijakan
manajer, sikap karyawan, strategi dan teknologi baru juga dapat merubah
organisasi
Kekuatan-kekuatan perubahan eksternal, meliputi :
- Kebudayaan
- Pendidikan
- Sosial
- Politik
- Ekonomi
- Teknologi
Kekuatan-kekuatan perubahan internal, meliputi :
- Kegiatan-kegiatan karyawan
- Tujuan
organisasi
- Strategi dan
kebijaksanaa
- Teknologi
sourceCara-cara penanganan perubahan
Cara menangani perubahan organisasi memerlukan pendekatan. Cara pertama adalah konsep perubahan reaktif dan yang kedua program perubahan yang direncanakan (Planed Cange).
Pada cara pertama biayanya murah dan sederhana serta ditangani secara cepat, di mana manajer akan memberikan reaksi setelah masalah terjadi. Misalnya bila peraturan pemerintah baru mensyaratkan perusahaan untuk mempunyai perlindungan terhadap kebakaran mungkin manajer membeli alat-alat kebakaran.
Pendekatan yang kedua atau juga disebut proses produktif, thomas dan Bennis mendefinisikan perubahan yang direncanakan sebagai perencanaan dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan secara sengaja. Pendekatan ini tepat bila keseluruhan atau sebagaian besar satuan organisasi menyiapkan diri untuk menyesuaikan dengan perubahan.
Pendekatan ini mempunyai ruang lingkup yang lebih besar dan merupakan sarana penanganan perubahan-perubahan yang menyangkut kelangsungan hidup organisasi. Dan mengantisipasi baik perubahan-perubahan eksternal maupun internal. Karena kompleksitas perubahan yang terjadi, manajer harus lebih memahami pentingnya dan menggunakan perubahan organisasi yang direncanakan. Peranan dari pengantar perubahan (change agent) yaitu bertanggung jawab atas kepemimpinan dalam proses pengelolaan perubahan. Individu, kelompok dan organisasi yang menjadi sasaran perubahan disebut sistem klien.
source
Penolakan terhadap perubahan
Bila perubahan terjadi, para manajer dan karyawan bereaksi baik secara positif maupun negatif. Bila terjadi perubahan manajer dan karyawan cenderung mendukung perubahan bila diarahkan pada penyebab nyata suatu masalah dan mereka tidak dirugikan. Bisa juga mereka bersikap netral. Reaksi-reaksi terhadap perubahan adalah sebagai berikut :
1. Orang mungkin menyangkal bahwa perubahan sering terjadi. Bila ini terjadi organisasi kemungkinan akan terus kehilangan efektivitasnya.
2. Orang mungkin mengabaikan perubahan. Manajer menangguhkan keputusan dengan harapan bahwa masalah yang terjadi akan hilang dengan sendirinya.
3. Orang mungkin akan menolak atau mungkin menentang perubahan. Karena berbagai alasan manajer dan karyawan
4. Orang mungkin menerima perubahan dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
5. Orang mungkin mengantisipasi perubahan dan merencanakannya, seperti yang banyak dilakukan perusahaan-perusahaan progresif.
Ada tiga sumber penolakan terhadap perubahan yaitu :
1. Ketidak pastian tentang akibat dan pengaruh perubahan.
2. Ketidak pastian untuk melepaskan keuntungan-keuntungan yang ada.
3. Pengetahuan akan kelemahan-kelemahan dalam perubahan yang diusulkan.
source
Proses Pengelolaan Perubahan
Proses pengelolaan perubahan harus mencakup dua gagasan
dasar untuk mencapai efektifitas organisasi. Pertama ada retribusi kekuasaan
dalam struktur organisasi, kedua retribusi ini dihasilkan dari proses perubahan
yang bersifat pengembangan.
Berbagai pendekatan perubahan organisasi
Harold J. Leavitt menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui pengubahan struktur, teknologi dan atau orang-orangnya.
1. Pendekatan struktur
Pengubahan struktur organisasi menyangkut modifikasi dan pengaturan sistem internal, seperti acuan kerja, ukuran dan komposisi kelompok kerja, sistem komunikasi, hubungan-hubungan tanggung jawab atau wewenang. Pendekatan struktural dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari :
v Melalui aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisai klasik. Pendekatan ini berusaha untuk memperbaiki penciptaan pembagian kerja yang tepat dari tanggung jawab jabatan para anggota organisasi, pengubahan rentang manajemen, deskripsi jabatan dan sebagainya.
v Melalui desentralisasi. Hal ini didasarkan pada penciptaan satuan-satuan organisasi yang lebih kecil dan dapat berdiri sendiri dan memutuskan perhatian pada kegiatan yang berorientasi tinggi. Hasilnya perbaikan prestasi kerja.
v Melalui modifikasi aliran kerja dalam organisasi. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa aliran kerja dan pengelompokan keahlian yang tepat akan berakibat kenaikan produktifitas secara langsung dan cenderung memperbaiki semangat dan kepuasan kerja.
2. Pendekatan teknologi
Untuk mremperbaiki prestasi F.W. Taylor dan pengikutnya mencoba menganalisa dan memperbaiki interaksi-interaksi pada karyawan dan mesin-mesin untuk meningkatkan efisiensi sehubungan dengan perubahan teknologi adakalanya perubahan yang dilakukan ternyata sering tidak cocok dengan struktur organisasi.
Hal ini dapat menciptakan ketidak senangan dan pemutusan hubungan diantara para anggota organisasi akibanya terjadi penurunan produktifitas lebih banyak kecelakaan dan tingkat perputaran karyawan yang tinggi.
Penggabungan pendekatan struktural dan pendekatan teknologi (teknostruktural) bermaksud memperbaiki prestasi melalui perubahan berbagai aspek, baik struktur organisasi maupun teknologinya, contohnya pengenalan teknologi baru yang diikuti pengorganisasian kembali bagian-bagian menjadi lebih kecil.
3. Pendekatan orang
Pendekatan orang bermaksud untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan melalui pemusatan pada keterampilan sikap, prsepsi dan pengharapan mereka, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan efektif.
source
Konsep pengembangan Organisasi
Teknik pengembangan oraganisasi pada hakekatnya adalah strategi interfensi yang dapat dipergunakan untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh organisasi atau di dalam melakukan perubahan-perubahan. Sampai sekarang cukup banyak teknik pengembangan organisasi yang telah dikembangkan oleh para pakar. Di antara teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:
- Latihan Kepekaan (sensitivity taining); Merupakan teknik pengembangan yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan. Teknik ini sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan training) yang masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok (terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap orang lain, serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
- Kisi Pengembangan Organisas; Pendekatan grip pada pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya kepemimpinan mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal, yang berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
- Survai Umpan Balik; Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta, termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
- Konsultasi Proses; Dalam Process consultation, konsultan pengembangan organisasi mengamati komunikasi, pola pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang terlibat tentang proses yang telah diamatinya, serta menganjurkan tindakan koreksi.
- Pembentukan Tim; Adalah pendekatan yang bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam kelompok kerjanya atau tim. Teknik tim building sangat membantu meningkatkan kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
- Transcational Analysis (TA); TA berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi yang buruk dan menyesatkan.
- Intergroup Activities; Fokus dalam teknik intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
- Third-party Peacemaking;Dalam menerapkan teknik ini, konsultan pengembangan organisasi berperan sebagai pihak ketiga yang memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
Dasar-dasar Proses Pengawasan
Pengertian Pengawasan
proses memerhatikan tingkah laku orang ramai, objek atau proses dalam sistem keakuran pada norma-norma yang dijangka atau dimahukan dalam sistem dipercayai untuk tujuan sekuriti atau kawalan sosial.
source
Tipe-tipe Pengawasan
Di dalam proses pengawasan juga diperlukan Tahap-tahap
pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap pengawasan
tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan Standar, Tahap
Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pengukuran Pelaksanaan
Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa
Penyimpangan dan Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi.
Suatu Organisasi juga memiliki perancangan proses
pengawasan, yang berguna untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur
agar proses pengawasan berjalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau
direncanakan. Untuk menjalankan proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat
bantu manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu proses dapat
langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat
menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang menunjang keberhasilan
dari suatu tujuan organisasi diantaranya.
Tahap-tahap Proses Pengawasan
Menurut Handoko (1998), proses pengawasan biasanya terdiri
dari paling sedikit lima tahap (langkah). Tahap-tahapnya adalah sebagai
berikut:
1. Penetapan
standar pelaksanaan
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang
dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran,
kuota, dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar. Adapun bentuk
standar yang lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar,
marjin keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran produksi.
Ada tiga bentuk standar yang umum:
Standar-standar
phisik; meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau kualitas
produk.
Standar-standar
moneter; yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya
penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya.
Standar-standar
waktu; meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan harus
diselesaikan.
2. Penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai
berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh sebab itu,
langkah kedua dalam proses pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan
kegiatan secara tepat.
Beberapa pertanyaan yang penting berikut ini dapat
digunakan:
Berapa kali (how
often) pelaksanaan seharusnya diukur? Setiap jam, harian, mingguan atau
bulanan?
Dalam bentuk apa
(what form) pengukuran akan dilakukan? Laporan tertulis, inspeksi visual, atau melalui telepon?
Siapa (who) yang
terlibat? Manajer, staf departemen?
Pengukuran yang dilakukan sebaiknya mudah dilaksanakan dan
tidak mahal, serta dapat diterangkan kepada karyawan.
3. Pengukuran
pelaksanaan kegiatan
Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan,
yaitu 1) pengamatan (observasi), 2) laporan-laporan, baik lisan dan tertulis,
3) metode-metode otomatis dan 4) inspeksi, pengujian (test), atau dengan
pengambilan sampel.
4. Pembandingan
pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan
pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah
ditetapkan. Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa
standar tidak dapat dicapai.
5. Pengambilan
tindakan koreksi bila diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi,
tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai
bentuk, seperti:
Mengubah standar
mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah)
Mengubah
pengukuran pelaksanaan (inspeksi terlalu sering frekwensinya, atau kurang, atau
bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri.)
Mengubah cara
dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan.
Pentingnya Pengawasan
Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :
• Perubahan lingkungan organisasi
Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing baru, diketemukannya bahan baku baru dsb. Melalui fungsi pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.
• Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
• Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
• Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem penga-wasan.
• Komunikasi
• Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.
source
Perancangan Proses Pengawasan
Wiliam H. Newman menetapkan prosedure sistem pengawasan dimana dikemukakan 5 jenis pendekatan, yaitu:
1) Merumuskan hasil yang di inginkan
Yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2) Menetapkan penunjuk hasil
Dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan:
• Pengukuran input
• Hasil pada tahap awal
• Gejala yang dihadapi
• Kondisi perubahan yang diasumsikan
3) Menetapkan standar penunjuk dan hasil
Dihubungkan dengan kondisi yang dihadapi.
4) Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik
Dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen by excetion yaitu atasan diberi informasi bila terjadi penyimpangan pada standar.
5) Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
source
Bidang-bidang Pengawasan Strategik
Bidang strategik yang dapat membuat organisasi secara keseluruhan mencapai sukses yaitu :
• Transaksi Keuangan
o Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang.
o Manajemen Kas (Cash Management)
o Pengelolaan Biaya (Cost Control)
• Hubungan Manajer dan Bawahan
Hubungan antara manager dan bawahan juga harus baik dan terjaga. Sebisa mungkin ada hubungan 2 arah antara manager dan bawahan, bukan hubungan searah dimana manager terus-terusan memberi perintah kepada bawahan tanpa mau mendengar keluhan dan perasaan bawahannya. Bila ada hubungan harmonis seperti keluarga dalam suatu perusahaan maka akan tercipta team kerja yang solid dan kuat dalam menjalankan perusahaan.
• Operasi-operasi Produktif
source
Alat Bantu Pengawasan Manajerial
Alat-alat pengawasan yang paling dikenal dan paling umum digunakan adalah :
1) Manajemen Pengecualian (Management by Exception)
Manajemen pengecualian adalah teknik pengawasan yang memungkinkan hanya penyimpangan kecil antara yang direncanakan dan kinerja aktual yang mendapatkan perhatian dari wirausahawan. Manajemen penegecualian didasarkan pada prinsip pengecualian, prinsip manajemen yang muncul paling awal pada literatur manajemen. Prinsip pengecualian menyatakan bahwa bawahan menangani semua persoalan rutin organisasional, sementara wirausahawan menangani persoalan organisasional non rutin atau diluar kebiasaan.
2) Management Information System (MIS)
MIS yaitu suatu metoda informal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi yang dilaksanakan secara efektif.
source
Management By Exception (MBE)
MBE adalah suatu kemampuan dasar yang disediaakan oleh sistem informatika yang berbasis komputer yang memikul sebagian tanggungjawab dalam pengendalian sistem fisik maka waktu yang dimiliki manajer dapat digunakan secara efektif.
Pada Management By Exception (MBE) seorang manajer untuk dapat melakukan pengendalian atas bagian yang menjadi tanggungjawabnya harus didukung oleh tersedianya :
1) Informasi mengenai apa yang telah dan sedang dicapai pada unit kerjanya.
2) Standar kinerja yang dapat menunjukkan apa yang harus dicapai oleh unit kerjanya.
Standar yang dikombinasikan dengan output informasi misalnya laporan penjualan maka memungkinkan terjadinya Management By Exception. MBE adalah gaya atau tindakan yang dilakukan manajer apabila terjadi letidalsesuaian antara Kinerja Aktual( apa yang telah dan sedang dicapai ) dengan Standar Kinerja ( apa yang harus dicapai).
source
Management Information System (MIS)
suatu aplikasi Sistem Informasi yang menyediakan laporan informasi terpadu bagi pihak manajemen. MIS dihasilkan dari beberapa database yang menyimpan data dari benyak sumber, termasuk didalamanya Transaction Processing System/TPS. MIS menyajikan informasi yang detail, rangkuman informasi dan informasi terpilih. MIS merupakan salah satu elemen manajemen yang dirasa penting oleh banyak perusahaan.
source
Karakteristik-karakteristik Pengawasan yang efektif.
Kriteria agar MIS berjalan efektif, yaitu :
• Mengikut sertakan pemakai dalam tim perancangan
• Mempertimbangkan secara hati-hati biaya system
• Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi
• Adanya pengujian pendahuluan
• Menyediakan latihan dokumentasi tertulis bagi para operator dan pemakai
source
Tidak ada komentar:
Posting Komentar